BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 04 Januari 2010

SUMUR GEOTHERMAL TERBESAR DI DUNIA


Salah Satu Sumur Geothermal Terbesar di Dunia
Pertamina Geothermal patut bersyukur dan berbangga karena uji produksi sumur geothermal LHD-23 pada 25 Juli 2006 yang dilakukan oleh PT Pertamina AG Lahendong telah berhasil memberikan gambaran potensi sumur yang sangat besar, yaitu sekitar 40 MW.

Menurut Pimpinan Area Lahendong Tony Suherman, dengan potensi sebesar ini maka sumur LHD-23 menjadi salah satu sumur terbesar di dunia menyamai sumur DRJ-21 Darajat yang dimiliki oleh Cevron Texaco di Garut, Jawa Barat.

Dengan keberhasilan tersebut Pertamina Geothermal tentu sangat bangga dan bersyukur atas keberhasilan pemboran ini, mengingat sumur-sumur sebelumnya hanya memiliki potensi yang berkisar antara 4 - 8 MW saja.

Menurut Tony dengan adanya penambahan uap yang sangat signifikan ini maka ketersediaan suplai uap untuk pengembangan PLTP Lahendong Unit 2 dan 3 (2x20 MW) jauh melebihi dari target yang diperkirakan semula. Bahkan potensi uap yang sudah berhasil dibor dapat dimanfaatkan kembali untuk Unit selanjutnya sebesar 1x20 MW atau lebih.

Sebagai gambaran bahwa sumur geothermal LHD-23 terletak di Desa Pangolombian, Kecamatan Tomohon Selatan, Kota Tomohon, Sulawesi Utara. Sumur ini merupakan salah satu dari tujuh sumur pengembangan yang dibor sejak 2004 dan direncanakan untuk mensuplai uap bagi PLTP unit dua dan tiga sebesar 2 x 20 MW yang dijadwalkan beroperasi pada tahun 2007 dan 2008. Dari tujuh sumur yang telah dibor baru tiga sumur yang telah diuji produksi yaitu sumur LHD-17, 18 dan 23, dari ketiga sumur ini diperkirakan sudah diperoleh potensi sekitar 50 MW, sehingga keperluan uap untuk unit 2 dan 3 (2x20 MW) dapat dipastikan sudah terpenuhi.

Tony juga memaparkan bahwa ada empat sumur lain yaitu sumur LHD-19, 20, 21 dan 22 belum diuji produksi, menunggu kesiapan material dan pemasangan fasilitas uji, sedangkan sumur LHD-22 direncanakan sebagai sumur injeksi.

Membandingkan dengan sumur terbesar sebelumnya yang dibor oleh Amoseas Indonesia (sekarang Chevron-Texaco), yaitu sumur Darajat 21, maka dari segi biaya pemboran sudah dapat diperkirakan bahwa biaya pemboran sumur LHD-23 jauh lebih murah, karena menggunakan rig dan peralatan pemboran yang sangat standard, bahkan minim.

Tony Suherman mengharapkan dengan adanya pengembangan PLTP Lahendong Unit 2 dan 3 dapat mengatasi kemungkin-an krisis listrik di Tanah Minahasa dan Sulut pada beberapa tahun mendatang.

SUMBER : http://www.pertamina.com/index.php?option=com_content&task=view&id=2741&Itemid=593

0 komentar: